KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN DALAM DUNIA KERJA
(Berdasarkan Tracer Studies FKMUI)*
Ahmad Syafiq, PhD
Sandra Fikawati, MPH

* Disampaikan pada Seminar Terbuka “Kompetensi Yang Dibutuhkan Dalam Dunia Kerja” (Hasil Tracer Study FKM UI Tahun 2006), Ruang Sidang Doktor Gedung G FKMUI, 22 Feb 2007.

Latar Belakang

Perubahan yang cepat di dunia kerja sebagai akibat dari globalisasi dunia kerja dan evolusi di bidang teknologi serta berbagai disiplin science lainnya menuntut antisipasi dan evaluasi terhadap kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Evaluasi juga penting dilakukan agar dunia pendidikan tinggi tidak terpisah dan berjarak dari dunia kerja yang riil yang ada di masyarakat.

Beberapa pergeseran dalam hal kompetensi dunia kerja yang terjadi dewasa ini meliputi dinamika hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia kerja. Observasi Teichler (1997; 1999); Yorke dan Knight (2006) terutama terkait dengan jurang antara outcome pendidikan tinggi dan tuntutan kompetensi di dunia kerja. Beberapa pergeseran penting yang terjadi meliputi terjadinya peningkatan pengangguran terdidik baik pengangguran terbuka maupun terselubung sebagai akibat dari massifikasi pendidikan tinggi, berubahnya struktur sosio-ekonomi dan politik global yang mempengaruhi pasar dunia kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga menyebabkan terjadinya bebagai perubahan-perubahan mendasar dalam hal kualifikasi, kompetensi, dan persyaratan untuk memasuki dunia kerja



Di bidang kesehatan masyarakat, informasi mengenai kompetensi baik dari pihak lulusan maupun penggunan masih sangat kurang. Bidang kesehatan masyarakat sebagi suatu disiplin science memiliki persama-persamaan pokok dengan disiplin ilmu lainnya misalnya logis, empiris, sistematis, dan memenuhi persyaratan-persyaratan filosofis seperti ontologi, epistemologi, dan aksiologi serta etik. Meskipun demikian bidang kesehatan masyarakat memiliki karakter unik yang mungkin berbeda dengan disiplin ilmu lain seperti sifat multidisiplinaritas yang kuat, kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif, kerjasama kelompok, kepemimpinan dan advokasi, serta interaksi yang intens antara laboratorium dan masyarakat. Keunikan-keunikan tersebut perlu mendapat penekanan agar kompetensi lulusan sarjana di bidang kesehatan masyarakat melibatkan secara aktif berbagai komponen hardskill dan softskill yang terkait dengan persiapan dunia kerja.
Sehubungan dengan fenomena pergeseran kompetensi dan relevansi dengan pendidikan tinggi di bidang kesehatan masyarakat, aspek-aspek berikut ini menyediakan informasi mengenai kompetensi kerja dan situasi riil yang ada berdasarkan penelusuran terhadap lulusan FKMUI tahun 1993 sampai 2005.


Pencarian Kerja Setelah Lulus

Modus pencarian kerja yang dilakukan bersifat multimoda, yaitu dengan memanfaatkan semua cara pencarian kerja seperti iklan koran, informasi melalu teman, melalui dosen, dan informasi dari papan pengumuman di kampus. Meski demikian informan juga umumnya ditawari pekerjaan, bahkan ada yang ditawari pekerjaan sebelum lulus dari FKMUI. Hampir semua responden tidak mengalami kesulitan dalam pencarian kerja pertama. Pencarian kerja untuk pekerjaan pertama terutama melalui networking baik jaringan pertemanan maupun dengan senior dan dosen.

Dalam kaitannya dengan networking dengan dosen, terungkap bahwa banyak informan yang mengawali karir pertamanya dengan ikut dalam kegiatan pendidikan, penelitian maupun layanan masyarakat yang dikerjakan oleh staf pengajar FKMUI. Di satu sisi, situasi ini mencerminkan kedekatan hubungan kerja antara dosen dan mahasiswanya yang dipercaya untuk membantu aktifitas akademik baik itu penelitian maupun asisten akademik. Di sisi lain, hubungan dalam rangka kerja (work relationship) ini, sebagai lanjutan dari hubungan dalam rangka pendidikan (education relationship) memberi manfaat bagi lulusan dengan cara memberikan kesempatan transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja.

Hampir semua informan pernah mengalami pindah pekerjaan. Meskipun pindah pekerjaan itu terjadi dalam satu instansi tetap dianggap sebagai pindah kerja karena job description yang berbeda. Pada umumnya informan merasa kurang atau tidak sesuai dengan pekerjaan pertamanya dan berencana untuk pindah. Sedangkan di pekerjaan terakhir umumnya informan merasa betah dan cukup puas serta tidak berencana pindah meskipun dilihat dari segi kesesuaian dengan latar belakang pendidikan tidak selalu pekerjaan yang terakhir ini juga sesuai. Tingginya mobilitas pekerjaan ini sebenarnya sudah terungkap dalam Tracer Study I (Fikawati dan Syafiq, 2003) yang menyebutkan bahwa sejumlah 44% responden pernah berpindah kerja dan lebih dari 30% pernah berpindah kerja minimal 2 kali. Alasan berpindah kerja umumnya terkait dengan prospek
karir yang dianggap kurang cerah atau pendapatan yang dirasakan kurang.

Pengalaman Pembelajaran di FKMUI

Kontribusi penting dari pengalaman belajar di FKMUI berdasarkan jawaban informan dapat dipilah menjadi dua bagian besar yaitu pertama, kontribusi terkait substansi keilmuan yang diperoleh melalui kuliah di kelas, dan kedua kontribusi yang terkait dengan pola pikir dan kualifikasi softskill yang diperoleh di luar kelas misalnya dalam pergaulan dengan teman, senior dan dosen, serta pengalaman organisasi dan belajar di lapangan. Bahkan bagi sebagian informan, kontribusi terbesar dari pengalaman belajar di FKMUI bukanlah pada pembelajaran di dalam kelas tetapi justru diperoleh dari pengalaman belajar di luar kelas seperti PBL dan magang, serta terlibat dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan.

Pelajaran-pelajaran yang dianggap relevan dengan dunia kerja meliputi berbagai pelajaran yang merupakan ilmu alat (tools) dalam kesehatan masyarakat seperti Biostatistika, Perencanaan dan Evaluasi, Manajemen, dan Komputer sementara itu pelajaran seperti Anatomi Fisiologi dan Parasitologi dianggap kurang relevan dan terlalu medis. Mata kuliah yang disebutkan sebagai relevan adalah mata kuliah yang dapat diaplikasikan secara langsung di dunia kerja.

Meskipun sebagian besar informan menyatakan puas dengan pembelajaran di FKMUI, ada juga informan yang menyatakan bahwa kurang puas atau ketidakpuasan karena ketidaksesuaian antara kuliah yang didapat dengan pekerjaan. Sementara itu informan yang lain menyatakan ketidakpuasan dalam kaitannya dengan kualitas pembelajaran yaitu kuliah yang tidak sesuai jadwal, keterlambatan dosen atau materi kuliah yang kurang up to date.

Erat kaitannya dengan persepsi terhadap relevansi mata kuliah, persepsi lulusan S1 terhadap kompetensi memasuki dunia kerja setelah lulus umumnya kurang merasa kompeten dan kurang yakin terhadap kemampuan dirinya. Sebagian informan menganggap bahwa FKM itu kurang memiliki ke”khas”an, dan bersifat terlalu umum dibandingkan dengan disiplin ilmu lain. Data dari Tracer Study I menunjukkan 78,2% responden menginginkan keterampilan yang lebih spesifik (Fikawati dan Syafiq, 2003).

Di era globalisasi, kemampuan menembus batas-batas disiplin merupakan kemampuan dari seorang sarjana yang penting dan sangat dihargai (Teichler, 2003; Schomburg, 2006). Jika dicermati memang salah satu keunggulan dari pembelajaran di FKMUI adalah sifat dan karakter khas Kesehatan Masyarakat sebagai disiplin ilmu yang multidisiplin. Kemampuan multidisiplin dan lintas disiplin merupakan aset penting bagi keterampilan komunikasi dan kerja dalam kelompok. Tetapi kesadaran mengenai pentingnya multidisiplinaritas nampak masih kurang di kalangan mahasiswa dan lulusan yang menghendaki keterampilan dan kemampuan yang lebih monodisiplin dan spesifik dibanding multidisiplin dan generik. Meski demikian informan juga mengakui bahwa
bagaimanapun kuliah di FKM telah membekalinya dengan pola pikir yang sangat diperlukan di dunia kerja.

Lebih lanjut Teichler (1999) mengungkap beberapa fenomena menarik belakangan ini mencakup:

1. Kemampuan mengatasi ketidakpastian (uncertainty) merupakan kunci untuk bertahan di dunia kerja
2. Pengetahuan yang spesifik memiliki kecenderungan cepat menjadi usang (obsolete), di sisi lain keterampilan umum yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah dalam konteks professional dan ketidakpastian pasar kerja harus menjadi dasar sistem belajar mengajar di pendidikan tinggi
3. Persyaratan dunia kerja dewasa ini menunjukkan harmoni antara ekonomi neoliberal yang global dan peningkatan tanggung jawab sosial serta solidaritas secara bersamaan
4. Bergesernya anggapan bahwa pendidikan tinggi mempersiapkan seseorang untuk bekerja menjadi mempersiapkan seseorang untuk hidup lebih baik, karena kompetensi yang dibutuhkan untuk bekerja saat ini begitu luas dan kompleks sehingga mempunyai hubungan langsung dengan kebutuhan untuk kehidupan itu sendiri
5. Persyaratan kerja yang baru tampak semakin universal

Paul dan Murdoch (1992) menjelaskan menghadapi dunia kerja, seorang lulusan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan kualifikasi berikut ini agar dapat bertahan dan unggul dalam kompetisi:

1. Pengetahuan umum dan penguasaan bahasa Inggris

2. Keterampilan komunikasi meliputi penguasaan komputer dan internet, presentasi audiovisual, dan alat-alat komunikasi lain
3. Keterampilan personal meliputi kemandirian, kemampuan komunikasi dan kemampuan mendengar, keberanian, semangat dan kemampuan kerjasama dalam tim, inisiatif, dan keterbukaan
4. Fleksibilitas dan motivasi untuk maju yaitu kemampuan beradaptasi sesuai perubahan waktu dan lingkungan serta keinginan untuk maju sebagai pimpinan

Dalam hubungannya dengan ketidakpuasan terkait dengan kesenjangan antara substansi yang diperoleh dari kuliah dengan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja, Kellerman dan Sagmeister (2000) menyatakan bahwa hal ini dapat disebabkan oleh pertama, kenyataan bahwa sistem pendidikan tinggi memiliki jarak dengan dunia kerja sehingga indikator-indikator keberhasilan studi tidak dapat mengantisipasi kompetensi lulusan yang diperlukan untuk bekerja (under qualification), atau kedua, dunia kerja mungkin tidak diorganisasikan dengan baik sehingga keterampilan lulusan tidak dapat dimanfaatkan secara efisien (under utilization), atau kemungkinan ketiga adalah lulusan memiliki kemampuan yang melebihi syarat kompetensi di dunia kerja (over qualification).

Pendapat Atasan Mengenai Bawahan Lulusan FKMUI

Semua atasan menyatakan puas atau sangat puas dengan bawahan lulusan FKMUI. Dari segi kompetensi, lulusan FKMUI dianggap memiliki kompetensi yang baik dalam arti bisa diajak diskusi, tidak perlu banyak pengarahan, daya tangkap cepat, hasil kerja membanggakan, dan lebih fokus. Jika dibandingkan dengan lulusan non FKMUI hampir sama saja, tetapi ada atasan yang menilai bahwa lulusan FKMUI lebih mudah berinteraksi dengan rekan kerja dari berbagai latar belakang dan juga lebih mudah mengerti jika diberikan tugas.

Di samping kelebihan dari lulusan FKMUI, informan atasan memberikan penilaian juga mengenai aspek yang harus ditingkatkan oleh bawahan lulusan FKMUI termasuk dari segi perencanaan, pengolahan data dan statistik, pengalaman riil di lapangan, aspek kepribadian dan softskill (keterampilan lunak seperti komunikasi, toleransi, etika, budi pekerti, dan kualitas personal lain) lainnya seperti keaktifan dan inisiatif. Semua atasan menyatakan puas atau sangat puas dengan bawahan lulusan FKMUI. Temuan ini semakin menegaskan pentingnya kemampuan yang bersifat multidisiplin serta pentingnya softskill di dunia kerja.

Teichler (1997; 1998) menyampaikan hasil survei di Eropa yang menunjukkan bahwa terlepas dari spesialisasi pendidikannya, lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat fleksibel mampu dan mau memberikan kontribusi terhadap inovasi; mampu mengatasi ketidakpastian; siap untuk belajar sepanjang hidup; memiliki sensitifitas sosial dan keterampilan komunikasi; mampu bekerja dalam kelompok bertanggung jawab; menyiapkan diri untuk menghadapi kompetisi internasional; memiliki pengetahuan di luar wilayah spesifik keahliannya; mengerti bagaimana cara mengkombinasikan berbagai disiplin; dan kreatif.

Dalam kaitannya dengan keberhasilan pendidikan tinggi menembus dunia kerja, Teichler (1999) menyebutkan 5 kriteria utama keberhasilan yaitu:

1. Transisi yang mulus dari pendidikan tinggi kedunia kerja meliputi masa tunggu kerja yang singkat dan upaya pencarian kerja yang sederhana.
2. Rasio pengangguran yang rendah
3. Rasio pekerjaan non reguler yang rendah
4. Kesuksesan lulusan secara vertikal dalam arti investasi pendidikan memperoleh keuntungan atau pendapatan lulusan lebih tinggi dibanding bukan lulusan atau rasio bekerja lulusan yang tinggi
5. Kesuksesan lulusan secara horizontal dalam arti hubungan yang erat antara bidang studi dan jenis pekerjaan atau tingginya utilisasi pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan tinggi dalam pekerjaan

Lebih lanjut Yorke dan Knight (2006) mengenalkan konsep ”ke-bekerja an” (employability) atau kemampuan bekerja yang didefinisikan sebagai sekumpulan pencapaian (achievement) meliputi keterampilan, pemahaman, dan atribut personal yang lebih memungkinan lulusan untuk memperoleh pekerjaan dan sukses dalam pilihan kerjanya serta memberi keuntungan bagi diri mereka sendiri, tenaga kerja, masyarakat, dan ekonomi secara keseluruhan. Selanjutnya Yorke dan Knight (2006) menjelaskan bahwa ”ke-bekerja-an” sangat terkait dengan kapabilitas seperti dijelaskan oleh Stephenson (1998) bahwa lulusan yang kapabel memiliki kemampuan untuk:

1. Mengambil tindakan yang efektif dan tepat
2. Menjelaskan apa yang ingin mereka capai
3. Hidup dan bekerja dengan yang lain
4. Dapat terus belajar baik secara individual maupun dengan yang lain dalam masyarakat yang beragam dan terus berubah.

Dengan demikian hal ini sejalan dengan usulan dari beberapa atasan agar mahasiswa FKMUI mendapat lebih banyak praktik di lapangan melalui magang, praktik belajar di lapangan agar dapat lebih mengenal kenyataan di lapangan kerja. Disarankan agar ditingkatkan kerjasama dengan pihak pengguna lulusan dalam hal magang, PBL, dan penelitian serta penyusunan kurikulum. Juga diusulkan agar kewirausahaan bisa ditanamkan juga terhadap lulusan FKMUI.


Kesimpulan dan Saran:

1. Pengalaman bekerja di dunia akademik FKMUI (sebagai asisten dosen, asisten peneliti, staf lapangan) merupakan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa dan lulusan sebagai periode transisi memasuki dunia kerja di luar FKMUI. Dengan demikian disarankan untuk lebih banyak melibatkan mahasiswa dan lulusan dalam kegiatan-kegiatan akademik dan penelitian FKMUI.
2. Kemampuan multidisiplin, softskill, dan pengalaman lapangan harus ditingkatkan dalam proses pembelajaran di FKMUI karena merupakan kemampuan penting dan dihargai tinggi oleh dunia kerja. Disarankan untuk memperbaiki dan menyempurnakan komponen-komponen tersebut melalui kegiatan seperti magang dan PBL yang disusun secara lebih sistematis, efektif, efiesien, dan melibatkan pengguna lulusan FKMUI. Demikian juga dengan struktur mata kuliah yang ada agar lebih banyak memasukkan aspek praktikal dan situasi terkini yang ada di lapangan.
3. Tingkat kepuasan lulusan kurang baik dalam hal pengalaman pembelajaran di FKMUI, dalam arti merasa banyak mata kuliah yang tidak terpakai di dunia kerja dan merasa belum memiliki kompetensi untuk bekerja setelah lulus. Hal ini diduga erat kaitannya dengan perbedaan persepsi mengenai kompetensi sarjana, persyaratan dunia kerja terkait dunia akademik. Disarankan untuk menyamakan persepsi, pengetahuan, dan pengalaman mahasiswa mengenai dunia kerja yang sesungguhnya sehingga tidak terjadi perbedaan persepsi.
4. Tingkat kepuasan pengguna terhadap lulusan FKMUI dapat dikatakan baik dan umumnya merasa puas dengan kinerja mereka. Meskipun demikian disarankan untuk lebih meningkatkan kemampuan kerjasama tim, bahasa Inggris, dan memperbanyak pengalaman-pengalaman persentuhan dengan dunia kerja.

Daftar Pustaka

Brennan J, M Kogan and U Teichler. 1996. Higher Education and Work. Jessica Kingsley Publication. London, Bristol, Pennsylvania.

Fikawati S and A. Syafiq. 2003. Tracer study: Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Program Reguler Lulusan
Tahun 1993-2002. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kellermann P and G Sagmeister. 2000. Higher education and graduate employment in Austria. European Journal of education Vol 35 No 2 June 2000.

Schomburg H. 2006. UNISTAFF training materials. ISOS-Kassel University.
Kassel.

Syafiq A and S. Fikawati. 2007. Studi Kualitatif Tracer Sarjana dan Magister Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Teichler U. 1997. Graduate employment: challenges for the higher education in
the twenty-first century. Higher Education in Europe Vol XXII No 1.

Teichler U. 1999. Research on the relationship between higher education and the world of work: past achievements, problems and new challenges. Higher Education Vol 38: 169-190

York M and PT Knight. 2006. Curricula for economic and social gain. Higher Education 2006 Vol 51: 565-568

0 comments